#Law of Attraction: Surat Kecil untuk Tuhan


Tepat setelah menerima pertanda kelulusan dari kampus tercinta, Universitas Sebelas Maret – Solo, sekitar september 2012 lalu. Malam yang sepi, saya teringat benar sedang sangat kacau. Lulusan setelah 8 tahun kuliah, pekerjaan apa yang mau didapat, kapan menikah, dan rentetan pikiran yang fokusnya terbang kemana-mana.

Akhrinya saya memutuskan untuk menuliskan sebuah surat, ya…surat untuk Tuhan. Hebatnya, surat ini tidak perlu perangko, tidak perlu kop surat, tidak perlu menuliskan alamat yang jelas dengan RT-RW-nomor rumah-PObox. Hanya ditulis dengan pena pilot biasa dan di beberapa lembar kertas buku note saya.

Sedikit cuplikan surat yang masih saya ingat…

Dear Allah SWT, 

Wahai yang Rahman dan Rahim, Wahai yang Qulubii Qulubanaa, Wahai yang Aziz dan Ghaniyuu…

Kutuliskan surat ini perasaan yang kacau, tapi kepada siapa lagi tempatku meminta dan berlabuh…menyandarkan ketakutan dan kecemasan.

Wahai Pengasih dan Penyayang, Wahai yang Maha Melihat dan Mendengar, yang Maha Kaya dan Memiliki langit dan bumi tanpa tiang pancang…

Hamba mohon padaMu…

Pertemukan hamba dengan pekerjaan yang hamba inginkan. Yang membawa hamba pada keberkahan dari kekayaan. Jauhkanlah hamba dari kemiskinan dan kefakiran…

Izinkan hamba kelak dapat membeli sepeda motor sendiri, menghidupi diri sendiri, tidak lagi meminta, tidak lagi menyusahkan. Sakitnya, pilunya hati ini Yaa Rabb…ketika hamba harus terus pinjam motor, bensin dan uang sakunya. Sakitnya menjadi miskin dan tidak punya. 

Izinkan hamba justru jadi sebaliknya, seharusnya bisa membantu orang, terutama orang tua hamba. Izinkan mereka berbangga dan berbahagia. Akan hamba antar Ibu ke pasar setiap pagi dengan motorku sendiri dengan gembira, dst…

Curahan Pikiran dengan Do’a

Bulan september 2012, akhirnya saya bekerja di sebuah perusahaan finansial di kota Solo Baru. Berangkat jam 7 pagi dengan pakaian parlente: Dasi, Jas, Celana dan kemeja. Tugas saya waktu itu sebagai seorang Financial Advisor. Masih ingat benar ketika uang 10 ribu haris dibagi dengan 1 liter bensin pulang pergi dengan motor adik ipar, sisanya untuk 1 buah bakwan kesukaan, es teh dan 2 batang rokok…untungnya warungnya murah meriah. Jika cukup, bisalah makan nasi kucing ala wong solo.

1 bulan kemudian, saya bertemu seorang tua yang mengantar puterinya yang  fresh graduate untuk melamar pekerjaan di sebuah job fair. Kami berkenalan singkat. Dan dia menceritakan pengalaman hebatnya yang semula bekerja di sebuah hotel. 15 tahun sudah dengan pangkat yang itu-itu saja. Sampai akhirnya dia menarik pikiran saya dengan kata-kata nasihat hebatnya.

Jika mau jadi orang hebat, jangan pernah masuk ke perusahaan yang sehat. Masuk ke yang kurang sehat, bahkan sekarat, lalu benahi perusahaan itu. 

Kini, dia menangani 1 kafe dan 5 resto di kota salatiga dan Semarang.

Setelah itu, hiduppun mengalami perubahan. Berpindah dari pekerjaan Financial Advisor yang 1 bulan saya geluti, gaji saat itu sebulan hanya Rp. 108.000, tapi mengingat kata Bapak saya, kerja yang enjoy dan jujur. Akhirnya saya mendapatkan telepon dari sebuah perusahaan yang dulu saya pernah impikan untuk masuk kedalamnya ketika lulus nanti.

Kini, saya tak menyangka, surat kecil untuk Tuhan itu telah sampai. Saya menikmati apa yang tertulis didalamnya. Saya pikir, itu hanya sekedar luapan perasaan, tapi ternyata inilah Law of Attraction dengan cara yang berbeda. Dan Tuhan selalu punya cara untuk menyampaikan welas dan asihNya.

Kini saya semakin sering menyurati Tuhan (Allah – red), dan tidak pernah lagi merasa kasih sayangNya, terijabahnya do’a, tidak pernah tersampaikan. Semuanya terijabah.

Apapun caranya, selama kita meminta, berprasangka positif terhadap setiap keinginan dan permintaan; saya tetap yakin, Tuhan selalu punya rencana mengenai bagaimana mengijabah permintaan kita.

Terima kasih Tuhan. 

2 respons untuk ‘#Law of Attraction: Surat Kecil untuk Tuhan

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.